aLL about Psychology
Rabu, 20 Februari 2013
Mari nge-blog lagi
udah hampir setahun nggak ngeblog.. Yahh semenjak penulisan tugas ditulis di blog cuman sebagai tugas wajib, ternyata ada kerinduan (ceileh) buat ngshare sesuatu yang didapet ke orang-orang. nggak nyadar juga ternyata blog ini udah ada 4 orang pengikut.. (kirain nggak ada hehehe) jadi kepengen ngeshare pengalaman di blog ini terutama pengalaman yang berkaitan dengan dunia psikologi. yak sekian dlu tulisan ini wlaupun singkat dan padat tapi lain kali bakalan nulis lagi kok hehehe tungguin aja yaah buat ngisi waktu luang .... sesekali ada juga referensi film atau buku yang berkaitan dengan psikologi.. so don't miss it !
Minggu, 13 Mei 2012
kasus anders Breivik
Anders Breiving
breivik
Informasi latar belakang
Lahir ( 1979-02-13 ) 13
Februari 1979 (umur 33 tahun) di Oslo , Norwegia
Kebangsaan Norwegia
Agama Kristen ( Gereja Norwegia )
Pembunuhan Tanggal 22
Juli 2011 15:25 WIT
Target Partai Buruh Norwegia Terbunuh 77 Terluka 151 Bom Mobil (dibuat menggunakan ANFO )
Ruger Mini-14 pistol Glock 17 pistol
Ruger Mini-14 pistol Glock 17 pistol
Sebelumnya
dia sudah mengaku sebagai pelaku
pemboman di Oslo dan penembakan yang menewaskan 77 orang. Tujuan sidang kali
ini adalah untuk membuktikan apakah Breivik mengalami gangguan jiwa atau tidak.
Dalam
sidang sebelumnya, Jumat (20/4), Breivik mengatakan dia datang ke Pulau Utoeya
yang saat itu dipenuhi pemuda yang tengah mengikuti perkemahan pemuda Partai
Buruh. Sebelum menembak korban pertamanya, Breivik menuturkan dia mendengar
'100 suara' di kepalanya agar mengurungkan niatnya itu. Namun, setelah sempat
ragu, dia akhirnya menembak dua korban pertamanya di kepala dan terus berjalan.
Breivik menjelaskan dia mengisi ulang senjatanya saat kehabisan peluru.
"Semua memohon agar tidak
dibunuh. Saya tembak mereka semua di kepala," kata Breivik.
Beberapa
orang, lanjut Breivik, berpura-pura mati namun dia mengetahuinya dan tetap
menembak mereka. Breivik melanjutkan aksinya di sekeliling pulau. Dia membujuk
para pemuda itu keluar dari persembunyiannya dengan mengatakan bahwa dia adalah
polisi yang datang untuk melindungi mereka. Wartawan BBC Steven Rosenberg yang
hadir di dalam sidang mengatakan keheningan di ruang sidang berubah menjadi
tangis ketika Breivik mengungkapkan kisahnya itu.
Mekanisme
perlindungan

Sebuah tugu peringatan mengenang
para korban dibangun di Pulau Utoeya, Norwegia.
Breivik mengakui telah membunuh 77
orang namun menolak jika dia dianggap melakukan kejahatan. Dia mengatakan
tengah melindungi Norwegia dari ancaman multikulturalisme. Dia mengatakan telah
melakukan sebuah aksi penting saat melakukan pengeboman kantor pemerintah di
Oslo.
"Namun penembakan Utoeya
menjadi yang terpenting saat kantor pemerintah tidak ambruk seperti yang
direncanakan," ujarnya,
Hukuman Breivik tergantung keputusan
pengadilan soal kewarasannya. Jika waras maka Breivik akan menghadapi hukuman
penjara, namun jika dianggap gila maka dia akan dikirim ke rumah sakit jiwa.
Breivik sendiri mengaku dirinya
tidak gila namun dia adalah pelaku politik
ekstrim.
Dalam pernyataan lain di depan pengadilan, Breivik mengaku dia
adalah manusia normal dalam situasi normal dan sangat peduli dengan orang di
sekitarnya.
Dia juga memahami bahwa kesaksian
yang dipaparkan di pengadilan membuat orang lain ketakutan.
Tetapi, lanjut Breivik, dia telah
menjalani program 'dehumanisasi' pada 2006 untuk mempersiapkan dirinya
melakukan pembunuhan.
Pria berusia 33 tahun itu
menambahkan memunculkan empati sangat tidak mungkin, karena dia akan ambruk
secara mental jika mencoba memahami apa yang telah dia lakukan.
Saat ditanya apakah dia pernah
merasakan kesedihan, Breivik mengatakan dirinya pernah berada dalam sebuah
situasi menyedihkan.
"Saat pemakaman saudara teman
saya. Itulah saat yang paling menyedihkan," ujar Breivik.
Latar Belakang Anders Breivik
Breivik lahir di Oslo pada tanggal 13 Februari 1979 anak dari Wenche
Behring, seorang perawat, dan Jens David Breivik, seorang ekonom sipil , yang
bekerja sebagai diplomat untuk Kedutaan
Besar Norwegia di London dan kemudian tinggal di Paris. Breiveik
mengalami korban perceraian kedua orang tuanya ketika masih berumur 1 tahun. Ketika Breivik berusia empat tahun, ada
dua laporan yang diajukan menyatakan kekhawatiran tentang kesehatan mentalnya, yang
menyimpulkan bahwa Anders harus dihapus dari perawatan orang tua Breivik
tinggal dengan ibunya dan kakak tirinya di ujung barat-
dari Oslo dan secara teratur
mengunjungi ayahnya dan ibu tiri di Perancis, sampai mereka bercerai ketika ia
masih 12 tahun.. Ibunya menikah lagi dengan seorang perwira Angkatan Darat
Norwegia. Nama Keluarganya adalah Breivik, sementara
Behring, nama gadis ibunya, adalah miliknya nama tengah dan
bukan bagian dari nama keluarga. Nama keluarganya berasal dari Breivika
di Hadsel , dan secara
harfiah berarti "luas Vik .
"
Anders
mengkritik atas dukungan orang tuanya terhadap kebijakan-kebijakan partai buruh
Norwegia yang menggunakan konsep super-liberal, matriarkial, dan feminizing.
Oleh sebab itu anders memiliki jiwa kepahlawan dengan membunuh 77 orang berarti
menyelamatkan mereka.
Analisis
Kriteria Gangguan Abnormalitas
menurut DSM-IV :
1. Disfungsi Psikologis yaitu ketidakmampuan individu dalam menjalankan peran kesehariannya baik secara kognitif, afektif dan psikomotor.
Kognitif : dalam pemikirannya Breivik mengakui telah membunuh 77 orang namun menolak jika dia dianggap melakukan kejahatan. Dia mengatakan tengah melindungi Norwegia dari ancaman multikulturalisme. Dia mengatakan telah melakukan sebuah aksi penting saat melakukan pengeboman kantor pemerintah di Oslo. Breivik seakan-akan menjadi pahlawan dengan cara membunuh 77 orang.
1. Disfungsi Psikologis yaitu ketidakmampuan individu dalam menjalankan peran kesehariannya baik secara kognitif, afektif dan psikomotor.
Kognitif : dalam pemikirannya Breivik mengakui telah membunuh 77 orang namun menolak jika dia dianggap melakukan kejahatan. Dia mengatakan tengah melindungi Norwegia dari ancaman multikulturalisme. Dia mengatakan telah melakukan sebuah aksi penting saat melakukan pengeboman kantor pemerintah di Oslo. Breivik seakan-akan menjadi pahlawan dengan cara membunuh 77 orang.
Afektif : Breivik mengaku sangat
peduli dengan lingkungannya namun tidak merasakan kasian, iba, atau empati
terhadap orang-orang yang telah dibunuhnya. Membunuh 77 orang dalam hal
kewajaran adalah semosinya merasa bersalah atau menyesal, namun sepertinya
breivik tidak memunculkan hal tersebut.
Konatif : Breivik melakukan pemboman
di Oslo dan penembakan yang menewaskan 77 orang dalam pemikirannya Breivik
dianggap pahlawan yang melindungi Norwegia dari ancaman multikulturalisme.
2. Distres : Impairment
Individu yang abnormal menunjukkan pada keadaan “merusak” dirinya baik secara fisik maupun psikologis.
Individu yang abnormal menunjukkan pada keadaan “merusak” dirinya baik secara fisik maupun psikologis.
Fisik : Breivik tidak merusak
dirinya secara fisik, tidak ada tanda melemahkan organ-organ penting yang tidak
bisa digerakkan seperti normalnya.
.
Psikologis : Breivik tidak menyukai dengan kehidupan orang tuanya dan dirinya yang menjadikan anak broken home. Sebenarnya Breivik ada rasa tidak suka kepada kedua orang tuanya dan memberanikan diri dengan menentang paham multikulturalisme dengan cara membunuh ke 77 orang yang beranggapan bahwa breivik adalah pahlawan bangsa norwegia terbebas dari masalah multikulturalisme.
Psikologis : Breivik tidak menyukai dengan kehidupan orang tuanya dan dirinya yang menjadikan anak broken home. Sebenarnya Breivik ada rasa tidak suka kepada kedua orang tuanya dan memberanikan diri dengan menentang paham multikulturalisme dengan cara membunuh ke 77 orang yang beranggapan bahwa breivik adalah pahlawan bangsa norwegia terbebas dari masalah multikulturalisme.
3. Respon Atipikal
Reaksi yang tidak sesuai dengan keadaan sosial kultural yang berlaku di wilayah sekitar tempat tinggalnya. Membunuh pada dasarnya adalah suatu perbuatan yang keji, tidak memiliki perasaan, orang yang agresif dan berbagai macam image negative yang ditampilkan. Dalam kasus ini tidak hanya beberapa orang namun sebanyak 77 orang nyawanya hilang di tangan Breivik dan seharusnya hutang nyawa dibayar oleh nyawa (masyarakat kurang menerima jika hanya ditahan selama beberapa tahun.
Reaksi yang tidak sesuai dengan keadaan sosial kultural yang berlaku di wilayah sekitar tempat tinggalnya. Membunuh pada dasarnya adalah suatu perbuatan yang keji, tidak memiliki perasaan, orang yang agresif dan berbagai macam image negative yang ditampilkan. Dalam kasus ini tidak hanya beberapa orang namun sebanyak 77 orang nyawanya hilang di tangan Breivik dan seharusnya hutang nyawa dibayar oleh nyawa (masyarakat kurang menerima jika hanya ditahan selama beberapa tahun.
Berdasarkan hasil analisis di atas, diperoleh kesimpulan bahwa Breivik adalah abnormal. Karena memenuhi ketiga kriteria yang terdapat pada buku DSM IV-TR. Hal ini pun ditambah hasil pemeriksaan psikologis oleh para ahli psikiatri yang menyatakan bahwa Breivik mengalami skizofrenia paranoid , memiliki kecurigaan dengan orang-orang yang berada di dekatnya serta bertindak agresif.
Teori Psikodinamika
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud
(1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Berikut
dinamika psikologis orang yang terindikasi skizofren.
Menurut Freud
(Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tga tingkat kesadaran, yaitu
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).
Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan
ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model
struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru
ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama
dalam fungsi dan tujuannya (Alwisol, 2005 : 17). Atau yang lebih sering disebut
id, ego, dan superego. Pada tahap ini dinamika psikologis orang yang memiliki
kecenderungan skizofrenia adalah tidak seimbangnya ego dalam memenuhi kebutuhan
id atau superego. Selain itu adanya defense mechanism yang sering dipakai dalam
kehidupannya sehari-hari untuk menghadapi masalah misalnya represi (memendam
masalah ke alam bawah sadar) atau sublimasi (mengganti proses katarsis dengan
kegiatan yang lain) atau beberapa defense mechanism lainnya yang sering dipakai
oleh kebanyakan orang. Selain itu terdapat childhood event (masa kanak-kanak),
lifelong event (masa keberlanjutan subjek), traumatic event (masa di mana
subjek mengalami trauma atau suatu keadaan yang tidak mengenakkan, dan
precipitating event (peristiwa pencetus dimana seseorang akan berubah 180
derajat ketika mengalami masalah setelah dipendam sekian waktu).
Adanya fiksasi (seseorang mengalami masalah
stuck di suatu fase 1. Oral (pada umur 0-18 bulan) 1) Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian
tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut. 2) Fase
anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini
bagian tubuh yang sensitif adalah anus. 3) Fase falis (phallic
stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada
fase falis adalah alat kelamin.4) Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas Pada fase ini dorongan
seks cenderung bersifat laten atau tertekan. 5) Fase genital
(genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya.
Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.
Teori
behavioristik
Teori
behavioristik sering didengar sebagai teori stimulus – respon (S-R) yang paling
dikenal teori behavioristik pavlov (classic conditioning) dengan menggunakan
percobaan menggunakan anjing dan skinner yang menggunakan percobaan dengan tikus.
Percobaan pavlov menggunakan binatang anjing dikarenakan mirip dengan manusia. Anjing
itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa, sehingga
tiap-tiap air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov
kemudian menekan sebuah tombol dan keluarlah semangkuk makanan di hadapan
anjing percobaan.
Sebagai reaksi atas munculnya makanan, anjing itu
mengeluarkan air liur yang dapat terlihat jelas pada alat pengukur. Makanan
yang keluar disebut sebagai perangsang tak berkondisi (unconditioned stimulus)
dan air liur yang keluar setelah anjiing melihat makanan disebut refleks tak
berkondisi (unconditioned reflex), karena setiap anjing akan melakukan refleks
yang sama (mengeluarkan air liur) kalau melihat rangsang yang sama pula
(makanan).
Kemudian dalam percobaan selanjutnya Pavlov
membunyikan bel setiap kali ia hendak mengeluarkan makanan. Dengan demikian
anjing akan mendengar bel dahulu sebelum ia melihat makanan muncul di depannya.
Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan selama itu keluarnya air liur diamati
terus. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjing melihat makanan (refleks
tak berkondisi), tetapi lama-kelamaan air liur sudah keluar pada waktu anjing
baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut
sebagai refleks berkondisi (conditioned reflects) karena refleks itu merupakan
hasil latihan yang terus-menerus dan hanya anjing yang sudah mendapat latihan
itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel jadinya rangsang berkondisi
(conditioned reflects).
Kalau latihan itu diteruskan, maka pada suatu
waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetap terjadi
walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengan perkataan
lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi tidak
ada lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah lampu
yang menyala, maka lama-kelamaan air liur sudah keluar setelah anjing melihat
nyala lampu walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat makanan sesudahnya.
Demikianlah satu rangsang berkondisi dapat
dihubungkan dengan rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan
tetap dapat mempertahankan refleks berkondisi walaupun rangsang tak berkondisi
tidak lagi dipertahankan. Tentu saja tidak adanya rangsang tak berkondisi hanya
bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena terlalu lama tidak
adarangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat imbalan
(reward) atas refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu refleks itu makin
lama akan semakin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses penghapusan
refleks (extinction).
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah
bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi,
yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning
(conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan
rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang
berkondisi.
Untuk
penerapannya pada manusia adalah bunyi dari suara tukang dagang es krim atau
tukang dagang nasi goreng keliling. Dengan membunyikan nada-nada yang khas dan
berbeda sehingga manusia dapat membedakan mana bunyi yang satu dengan bunyi
yang lainnya.
Skinner (S-R)
Reinforcement – Punishment
Menggunakan percobaan tikus bila ingin
meningkatkan atau menambah suatu kondisi yang diinginkan diberi reinfocement
(reward) atau menghilangkan suatu kondisi yang tidak diinginkan diberi
punishment agar anak/subjek tidak mengulangi perilaku tersebut. Misalnya anak
diberi hadiah dinaikkan uang jajannya jika mendapat ranking satu tau nilai
lebih dari sekian. Namun anak akan diberi punishment jika menginginkan perilaku
malas anak dihilangkan misalnya dengan cara tidak boleh keluar main dari rumah
sebelum mengerjakan tugas sekolah.
Humanistik
Berbeda dengan
teori behavioristik dan psikoanalisis. Konsep humanistik lebih ditekankan
kepada kondisi ”here and now” Hasil pemikiran dari psikologi
humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah
satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered
therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan
memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling
menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi
masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki
jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing
klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan
pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau
pemberian bantuan kepada klien.
Minggu, 06 Mei 2012
film A Beautiful Mind
Diawali dengan kisah John Forbes Nash di tahun
1948 yang melanjutkan study kuliahnya di Princeton University. Nash merupakan seorang
lelaki sederhana dari dusun Virginia yang memiliki pribadi pemalu, rendah diri,
suka menyendiri, dan sifat-sifat introvert lainnya. Di balik segala
kekurangannya, Nash juga digambarkan sebagai laki-laki perfeksionis yang bangga
akan kepandaiannya. Nash menolak mengikuti kuliah yang dianggapnya hanya menghabiskan
waktu dengan sia-sia sehingga dapat membuat otaknya menjadi tumpul. Sebagai
gantinya, Nash lebih banyak meluangkan waktu di luar kelas kuliah sehingga
mendapatkan ide orisinal untuk meraih gelar doktornya dan diterima di pusat
penelitian bergengsi, Wheeler Defense Lab di MIT.
Nash mendapat teman
sekamar yang sangat memakluminya, Charles Herman yang memiliki keponakan
seorang gadis cilik bernama Marcee. Nash yang amat terobsesi dengan
matematika-sampai-sampai menulis berbagai rumus di kaca jendela kamar dan
perpustakaan akhirnya secara tak sengaja berhasil menemukan konsep baru yang
bertentangan dengan teori bapak ekonomi modern dunia, Adam Smith. Konsep ini
dinamakan dengan teori keseimbangan, yang mengantarkannya meraih gelar doktor.
Mimpi Nash menjadi kenyataan. Tak hanya meraih gelar doktor, ia berhasil
diterima sebagai peneliti dan pengajar di MIT.
Nash tertarik dengan Alicia Larde yaitu seorang
mahasiswi cantik yang membuat Nash tersadar bahwa dirinya sangat membutuhkan cinta.
Setelah pasangan ini menikah, Nash justru semakin parah dan merasa terus berada
dalam ancaman bahaya gara-gara pekerjaannya sebagai agen rahasia tadi. Nash
semakin hari semakin terlihat aneh dan ketakutan, sampai akhirnya ketika ia
sedang menyajikan makalahnya di sebuah seminar di Harvard, Dr Rosen seorang
ahli jiwa menangkap dan membawanya ke rumah sakit jiwa. Dari situlah terungkap,
Nash mengidap paranoid schizophrenia. Beberapa kejadian yang dialami Nash
selama ini hanya khayalan belaka. Tak pernah ada teman sekamar, Herman dan
keponakannya yang menggemaskan, Marcee ataupun Parcher dengan proyek
rahasianya.
Nash mendapatkan dukungan sosial dari Istinya,
Alice yang memberi semangat serta dorongan serta cinta kasih sehingga Nash
berhasil berhasil berjuang melawan penyakitnya.
ANALISA :
Dari film tersebut dapat diketahui bahwa John Nash menderita skizofrenia paranoid, yang ditandai dengan simpton – simpton/ indikasi sebagai berikut:
Dari film tersebut dapat diketahui bahwa John Nash menderita skizofrenia paranoid, yang ditandai dengan simpton – simpton/ indikasi sebagai berikut:
1. adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang
dipertahankan.
- Waham Kejar (delusion of persecution),
yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau
berencana membahayakan dirinya, dalam film tersebut yaitu agen pemerintah dan
mata – mata rusia yang seakan-akan mengintai Nash. Waham ini menjadikannya
paranoid, yang selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena
merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.
- Waham Kebesaran (delusion of grandeur),
yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta
menjadi orang penting. John Nash menganggap dirinya perfeksionis sebagai pemecah
kode rahasia terbaik dan mata – mata/agen rahasia.
- Waham Pengaruh (delusion of influence),
adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran
dan tindakannya. Adegan yang menunjukkan waham ini yaitu ketika disuruh
membunuh isterinya, ketika disuruh menunjukkan bahwa dia jenius, dan ketika
diyakinkan bahwa dia tidak berarti oleh para teman halusinasinya.
2. adanya halusinasi, yaitu
persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal
tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami halusinasi bertemu dengan tiga
orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles Herman (teman sekamarnya),
William Parcher (agen pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Selain
itu juga terdapat laboratorium rahasia, dan juga nomer kode yang dipasang pada
tangannya.
3. gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas
diikuti dengan gerakan tangan, jari
dan lengan yg aneh. Indikasi ini sangat jelas ketika John
Nash berkenalan dengan teman – temannya dan juga jika dilihat dari cara
berjalannya.
4. adanya gangguan emosi, adegan yang paling jelas yaitu
ketika John Nash menggendong anaknya tanpa emosi sedikitpun.
5. social withdrawl (penarikan sosial), John Nash tidak
bisa berinteraksi sosial seperti orang – orang pada umumnya, dia tidak menyukai
orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya
memiliki sedikit teman. Seperti kutipannya “Aku tak terlalu suka berhubungan
dengan orang dan rasanya tak ada orang yang menyukaiku.”
Stressor atau kejadian – kejadian yang menekan yang membuat
skizofrenia John Nash bertambah parah, yaitu :
- Kalah bermain dari temannya
- Merasa gagal berprestasi untuk mendapatkan cita – citanya
- Merasa tidak dapat melayani isterinya
- Tidak bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan kembali
- Kalah bermain dari temannya
- Merasa gagal berprestasi untuk mendapatkan cita – citanya
- Merasa tidak dapat melayani isterinya
- Tidak bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan kembali
Karakter Pribadi John Nash, yaitu:
- Pemalu, introvert, penyendiri, rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain), kaku, tidak suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari lingkungan sosial.
- Pemalu, introvert, penyendiri, rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain), kaku, tidak suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari lingkungan sosial.
Langganan:
Postingan (Atom)