Teori Psikodinamika
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud
(1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Berikut
dinamika psikologis orang yang terindikasi skizofren.
Menurut Freud
(Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tga tingkat kesadaran, yaitu
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).
Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan
ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model
struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru
ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama
dalam fungsi dan tujuannya (Alwisol, 2005 : 17). Atau yang lebih sering disebut
id, ego, dan superego. Pada tahap ini dinamika psikologis orang yang memiliki
kecenderungan skizofrenia adalah tidak seimbangnya ego dalam memenuhi kebutuhan
id atau superego. Selain itu adanya defense mechanism yang sering dipakai dalam
kehidupannya sehari-hari untuk menghadapi masalah misalnya represi (memendam
masalah ke alam bawah sadar) atau sublimasi (mengganti proses katarsis dengan
kegiatan yang lain) atau beberapa defense mechanism lainnya yang sering dipakai
oleh kebanyakan orang. Selain itu terdapat childhood event (masa kanak-kanak),
lifelong event (masa keberlanjutan subjek), traumatic event (masa di mana
subjek mengalami trauma atau suatu keadaan yang tidak mengenakkan, dan
precipitating event (peristiwa pencetus dimana seseorang akan berubah 180
derajat ketika mengalami masalah setelah dipendam sekian waktu).
Adanya fiksasi (seseorang mengalami masalah
stuck di suatu fase 1. Oral (pada umur 0-18 bulan) 1) Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian
tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut. 2) Fase
anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini
bagian tubuh yang sensitif adalah anus. 3) Fase falis (phallic
stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada
fase falis adalah alat kelamin.4) Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas Pada fase ini dorongan
seks cenderung bersifat laten atau tertekan. 5) Fase genital
(genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya.
Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.
Teori
behavioristik
Teori
behavioristik sering didengar sebagai teori stimulus – respon (S-R) yang paling
dikenal teori behavioristik pavlov (classic conditioning) dengan menggunakan
percobaan menggunakan anjing dan skinner yang menggunakan percobaan dengan tikus.
Percobaan pavlov menggunakan binatang anjing dikarenakan mirip dengan manusia. Anjing
itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa, sehingga
tiap-tiap air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov
kemudian menekan sebuah tombol dan keluarlah semangkuk makanan di hadapan
anjing percobaan.
Sebagai reaksi atas munculnya makanan, anjing itu
mengeluarkan air liur yang dapat terlihat jelas pada alat pengukur. Makanan
yang keluar disebut sebagai perangsang tak berkondisi (unconditioned stimulus)
dan air liur yang keluar setelah anjiing melihat makanan disebut refleks tak
berkondisi (unconditioned reflex), karena setiap anjing akan melakukan refleks
yang sama (mengeluarkan air liur) kalau melihat rangsang yang sama pula
(makanan).
Kemudian dalam percobaan selanjutnya Pavlov
membunyikan bel setiap kali ia hendak mengeluarkan makanan. Dengan demikian
anjing akan mendengar bel dahulu sebelum ia melihat makanan muncul di depannya.
Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan selama itu keluarnya air liur diamati
terus. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjing melihat makanan (refleks
tak berkondisi), tetapi lama-kelamaan air liur sudah keluar pada waktu anjing
baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut
sebagai refleks berkondisi (conditioned reflects) karena refleks itu merupakan
hasil latihan yang terus-menerus dan hanya anjing yang sudah mendapat latihan
itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel jadinya rangsang berkondisi
(conditioned reflects).
Kalau latihan itu diteruskan, maka pada suatu
waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetap terjadi
walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengan perkataan
lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi tidak
ada lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah lampu
yang menyala, maka lama-kelamaan air liur sudah keluar setelah anjing melihat
nyala lampu walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat makanan sesudahnya.
Demikianlah satu rangsang berkondisi dapat
dihubungkan dengan rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan
tetap dapat mempertahankan refleks berkondisi walaupun rangsang tak berkondisi
tidak lagi dipertahankan. Tentu saja tidak adanya rangsang tak berkondisi hanya
bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena terlalu lama tidak
adarangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat imbalan
(reward) atas refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu refleks itu makin
lama akan semakin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses penghapusan
refleks (extinction).
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah
bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi,
yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning
(conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan
rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang
berkondisi.
Untuk
penerapannya pada manusia adalah bunyi dari suara tukang dagang es krim atau
tukang dagang nasi goreng keliling. Dengan membunyikan nada-nada yang khas dan
berbeda sehingga manusia dapat membedakan mana bunyi yang satu dengan bunyi
yang lainnya.
Skinner (S-R)
Reinforcement – Punishment
Menggunakan percobaan tikus bila ingin
meningkatkan atau menambah suatu kondisi yang diinginkan diberi reinfocement
(reward) atau menghilangkan suatu kondisi yang tidak diinginkan diberi
punishment agar anak/subjek tidak mengulangi perilaku tersebut. Misalnya anak
diberi hadiah dinaikkan uang jajannya jika mendapat ranking satu tau nilai
lebih dari sekian. Namun anak akan diberi punishment jika menginginkan perilaku
malas anak dihilangkan misalnya dengan cara tidak boleh keluar main dari rumah
sebelum mengerjakan tugas sekolah.
Humanistik
Berbeda dengan
teori behavioristik dan psikoanalisis. Konsep humanistik lebih ditekankan
kepada kondisi ”here and now” Hasil pemikiran dari psikologi
humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah
satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered
therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan
memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling
menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi
masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki
jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing
klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan
pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau
pemberian bantuan kepada klien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar