Minggu, 13 Mei 2012


Teori Psikodinamika
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Berikut dinamika psikologis orang yang terindikasi skizofren.
Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Alwisol, 2005 : 17). Atau yang lebih sering disebut id, ego, dan superego. Pada tahap ini dinamika psikologis orang yang memiliki kecenderungan skizofrenia adalah tidak seimbangnya ego dalam memenuhi kebutuhan id atau superego. Selain itu adanya defense mechanism yang sering dipakai dalam kehidupannya sehari-hari untuk menghadapi masalah misalnya represi (memendam masalah ke alam bawah sadar) atau sublimasi (mengganti proses katarsis dengan kegiatan yang lain) atau beberapa defense mechanism lainnya yang sering dipakai oleh kebanyakan orang. Selain itu terdapat childhood event (masa kanak-kanak), lifelong event (masa keberlanjutan subjek), traumatic event (masa di mana subjek mengalami trauma atau suatu keadaan yang tidak mengenakkan, dan precipitating event (peristiwa pencetus dimana seseorang akan berubah 180 derajat ketika mengalami masalah setelah dipendam sekian waktu).
 Adanya fiksasi (seseorang mengalami masalah stuck di suatu fase 1. Oral (pada umur 0-18 bulan) 1) Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut. 2) Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus. 3) Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.4) Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan. 5) Fase genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.

Teori behavioristik
             Teori behavioristik sering didengar sebagai teori stimulus – respon (S-R) yang paling dikenal teori behavioristik pavlov (classic conditioning) dengan menggunakan percobaan menggunakan anjing dan skinner yang menggunakan percobaan dengan tikus. Percobaan pavlov menggunakan binatang anjing dikarenakan mirip dengan manusia. Anjing itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov kemudian menekan sebuah tombol dan keluarlah semangkuk makanan di hadapan anjing percobaan.
Sebagai reaksi atas munculnya makanan, anjing itu mengeluarkan air liur yang dapat terlihat jelas pada alat pengukur. Makanan yang keluar disebut sebagai perangsang tak berkondisi (unconditioned stimulus) dan air liur yang keluar setelah anjiing melihat makanan disebut refleks tak berkondisi (unconditioned reflex), karena setiap anjing akan melakukan refleks yang sama (mengeluarkan air liur) kalau melihat rangsang yang sama pula (makanan).
        
         Kemudian dalam percobaan selanjutnya Pavlov membunyikan bel setiap kali ia hendak mengeluarkan makanan. Dengan demikian anjing akan mendengar bel dahulu sebelum ia melihat makanan muncul di depannya. Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan selama itu keluarnya air liur diamati terus. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjing melihat makanan (refleks tak berkondisi), tetapi lama-kelamaan air liur sudah keluar pada waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut sebagai refleks berkondisi (conditioned reflects) karena refleks itu merupakan hasil latihan yang terus-menerus dan hanya anjing yang sudah mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel jadinya rangsang berkondisi (conditioned reflects).
          
          Kalau latihan itu diteruskan, maka pada suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetap terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengan perkataan lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi tidak ada lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah lampu yang menyala, maka lama-kelamaan air liur sudah keluar setelah anjing melihat nyala lampu walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat makanan sesudahnya.
Demikianlah satu rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan tetap dapat mempertahankan refleks berkondisi walaupun rangsang tak berkondisi tidak lagi dipertahankan. Tentu saja tidak adanya rangsang tak berkondisi hanya bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena terlalu lama tidak adarangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat imbalan (reward) atas refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu refleks itu makin lama akan semakin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses penghapusan refleks (extinction).
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi.

Untuk penerapannya pada manusia adalah bunyi dari suara tukang dagang es krim atau tukang dagang nasi goreng keliling. Dengan membunyikan nada-nada yang khas dan berbeda sehingga manusia dapat membedakan mana bunyi yang satu dengan bunyi yang lainnya.

Skinner (S-R) Reinforcement – Punishment
         Menggunakan percobaan tikus bila ingin meningkatkan atau menambah suatu kondisi yang diinginkan diberi reinfocement (reward) atau menghilangkan suatu kondisi yang tidak diinginkan diberi punishment agar anak/subjek tidak mengulangi perilaku tersebut. Misalnya anak diberi hadiah dinaikkan uang jajannya jika mendapat ranking satu tau nilai lebih dari sekian. Namun anak akan diberi punishment jika menginginkan perilaku malas anak dihilangkan misalnya dengan cara tidak boleh keluar main dari rumah sebelum mengerjakan tugas sekolah.

Humanistik
Berbeda dengan teori behavioristik dan psikoanalisis. Konsep humanistik lebih ditekankan kepada kondisi ”here and now” Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau pemberian bantuan kepada klien.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar